Singapura Bersiap Hidup Berdampingan dengan Covid-19, Ini Kata Epidemiolog

Foto: mediaindonesia.com

Rancah.com – Ramai soal Singapura yang mewacanakan new normal dan hidup bersama Covid-19. Covid-19 dianggap sebagai penyakit yang tidak akan lenyap sehingga pemerintah Singapura bersiap untuk hidup berdampingan penyakit ini. Blueprint atau cetak biru mengenai tata cara hidup berdampingan dengan Covid-19 pun tengah dirancang.

Sebelumnya, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong pada akhir Mei lalu mengatakan, pandemi ini akan mereda suatu hari nanti, tetapi Covid-19 tidak akan hilang. Dengan demikian, Covid-19 akan diperlakukan sama dengan penyakit lain yang sudah ada sebelumnya, seperti flu musiman atau demam berdarah.

Menanggapi hal tersebut, Epidemiolog Indonesia dari Griffith University Australia Dicky Budiman menyebutkan, hal itu kemungkinan baru bisa terlaksana dua tahun lagi.

“Kalau dicermati, sebetulnya itu sikap nanti, akhir tahun depan atau dua tahun lagi, bukan saat ini,” kata Dicky, Senin (28/6/2021).

Dicky menjelaskan, untuk saat ini Covid-19 masih berstatus sebagai pandemi dan belum berubah menjadi penyakit endemi.

“Artinya, enggak ada negara yang bisa bilang ini sudah endemik. Jangankan Singapura, Australia saja yang bagus (penanganan pandeminya) tidak seperti itu. Karena kalau begitu pilihan strateginya (akan) banyak yang meninggal nanti, banyak yang dirawat,” jelas Dicky.

Dicky juga menegaskan, new normal yang diwacanakan Singapura dalam menghadapi Covid-19 adalah rencana jangka panjang, dan bukan terjadi saat ini. Kenormalan baru yang dimaksud juga bukan berarti bebas sebebas mungkin tanpa adanya aturan apa pun.

“New normal itu terbiasa memakai masker, menjaga jarak, sirkulasi ventilasi ruangan itu baik, vaksinasi akan terus dilakukan tiap tahun, membatasi mobilitas, itu hal-hal yang disebut berdampingan normal. Jadi bukan berarti bebas, bukan seperti itu,” jelasnya.

Bagaimana dengan Indonesia? Lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia meningkat tajam sejak Juni 2021, terutama sejak varian dari India yang disebut Virus Delta mulai menyebar di sejumlah wilayah di Indonesia.

Namun, Epidemiolog UGM Bayu Satria Wiratama menilai Indonesia bisa seperti Singapura dan menekan laju Virus Corona. Namun dengan beberapa catatan yang hingga kini masih menjadi ganjalan pemerintah untuk mengatasinya.

“Indonesia masih jauh, hal itu bisa dilihat dari beberapa data diantaranya vaksinasi di Indonesia baru 10 hingga 20 persen, berbeda dengan Singapura,” ujarnya.

Sementara Indonesia masih jauh, selain faktor vaksin yang belum maksimal, persoalan prilaku masyarakat di Indonesia juga menjadi beban lain dari pemerintah untuk memberlakukan new normal.

Update terkini kasus Covid-19 di Indonesia sudah mencapai 20 ribu lebih kasus. Berbeda dengan Singapura yang penduduknya tidak padat, tetapi mampu melakukan beberapa SOP yang tepat.

Singapura selama ini dikenal sangat ketat dalam pengawasan. Apalagi negara tersebut memang dikenal sebagai negara dengan jutaan CCTV di mana-mana sehingga muda melakukan pengawasan ketat akan penerapan protokol kesehatan.

Sebab, sejauh ini Singapura membangun dan membudayakan tindakan pencegahan secara pribadi (protokol kesehatan). Hal ini bisa ditiru oleh warga Indonesia demi tercapainya ‘Indonesia Sehat Lawan Covid-19’