Ilustrasi Foto : Straits Times
Rancah.com – Baru-baru ini, pihak kepolisian India mengungkap kasus penipuan dengan modus vaksin palsu. Ada sedikitnya 2.500 orang yang menjadi korban dengan rincian 2.000 di Mumbai dan 500 di Kolkata.
Adapun pada kasus tertentu, ada korban yang dikabarkan sampai mengalami cacat. Sementara dari hasil pemeriksaan terhadap korban, mereka mengira disuntik vaksin yang ternyata hanya larutan garam.
Dikutip dari laman dream.co.id, Rabu (30/6/2021), sepuluh orang telah ditangkap, termasuk dua dokter di sebuah rumah sakit swasta di Mumbai. Di sisi lain, laporan media setempat menyebut bahwa vaksinasi dengan vaksin palsu itu digelar di sembilan lokasi.
Bahkan, polisi di Kolkata dikabarkan telah menangkap seorang pria yang mengaku sebagai pengawai negeri bergelar master bidang genetika. Adapun pelaku dilaporkan menjalankan aksinya dengan delapan kamp vaksinasi palsu.
Dikatakan oleh polisi bahwa setidaknya ada 250 orang difabel dan transgender disuntik di satu tempat. Dan secara total, ada hampir 500 orang mungkin telah diberikan suntikan palsu di seluruh Kolkata.
Sementara itu, pejabat Kolkata, Atin Ghosh mengatakan bahwa botol-botol yang disita diberi label mengandung vaksin AstraZeneca, yang dicap di India sebagai Covishield.
“Ditemukan bahwa label Covishield menempel di label lain, yaitu Amikacin Sulphate 500 mg, antibiotik yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri pada saluran kemih, tulang, otak, paru-paru, dan darah,” ujar Ghosh.
Awalnya, kasus penipuan itu terungkap setelah seorang aktris dan politisi, Mimi Chakraborty yang mendapat suntikan di salah satu kamp merasa curiga dengan vaksin yang dipakai. Kemudian, dia langsung melaporkan kecurigaannya kepada polisi.
Dalam hal ini, pihak kepolisian menyita kartu identitas palsu dari tersangka, salah satu pejabat Kementerian Penerangan dan satu lagi sebagai komisaris kota. Adapun mereka menggunakan mobil dengan stiker Pemerintah Kolkata.
Menurut keterangan pejabat kesehatan Kolkata, Dr Debashis Barui mengatakan bahwa banyak dari mereka yang telah disuntik sekarang “panik” tentang kemungkinan efek samping.
“Jika ada keadaan darurat, otoritas sipil akan mengatur kamp medis di daerah itu untuk merawat mereka yang mendapat suntikan palsu,“ ujarnya.
Di sisi lain, salah satu korban, Ruma Sikdar mengatakan bahwa dia merasa mengantuk usai disuntik. Tak hanya itu saja, dia merasakan pegal di lengannya.
“Yang saya khawatirkan adalah bagaimana mendapatkan dosis yang sebenarnya sebelum gelombang ketiga melanda,” kata ibu rumah tangga itu.
Bahkan, seorang mahasiswa, Debjit Majumdar yang juga menerima suntikan vaksin palsu, mengaku tidak menyangka hal ini bisa terjadi.
“Kami tidak berpikir bahwa ini bisa terjadi ketika dunia sedang berjuang melawan pandemi,” ucap Majumdar.